Banyuwangi Etno Carnival (BEC)

Selasa, 01 November 2011

Gagasan Pemkab Banyuwangi menggelar Banyuwangi Etno Carnival (BEC), semacam karnaval seperti di Jember, mulai menuai protes dari sejumlah seniman dan putra daerah yang ada di luar Banyuwangi. Proyek yang dianggarkan Rp. 700 juta itu, rencananya akan menggunakan Event Organizer (EO) Profesional di bidang Karnaval yaitu JFC (Jember Fashion Carnaval) di bawah komando Dynand Fariz. Bahkan JFC akan dikontrak selama 3 tahun sebagai konsultan BEC, atau hingga panitia lokal mampu menyelenggarakan sendiri.
Konsep BEC tidak jauh berbeda dengan JFC, karena konseptornya memang orang yang sama. Namun penggagas dan Pemkab Banyuwangi bertekad, akan menggali potensi seni-budaya Banyuwangi dalam BEC. Jaminannya, JFC hanya sebagai konsultan untuk membuat karnaval yang menarik perhatian dan menyedot turis banyak. Sementara peserta BEC harus melalui seleksi dan yang melakukan adalah panitia lokal, orang-orang Banyuwangi dengan konsep yang diberikan oleh Konsultan. Menurut Samsudin Adhlawi, Penyair Banyuwangi yang sekarang menjadi GM Radar Jember, JFC tidak bisa menentuka peserta. Ini sebagai jawaban atas keraguan dan keresahan dari sejumlah kalangan, jika BEC akan digunakan ajang pamer kreasi para waria seperti JFC.
Samsudin lebih jauh menjelaskan, jika kehadiran JFC itu hanya untuk menjadikan BEC lebih bagus dibanding dengan karnaval yang ada. Mengingat JFC sudah berpengalaman 10 tahun menangani karnaval, serta dianggap berhasil menyedot pengunjung lokal maupun manca negara. Bahkan hotel-hotel di Jember menjadi penuh (full-booking) saat ada JFC, meski belum ada klarifikasi apakah mereka yang datang itu turis, atau peserta yang memang kebanyakan dari luar kota. Dasar inilah yang dijadikan Pemkab Banyuwangi dan Penggagas lain, untuk mengusung JFC yang berganti baju dengan nama BEC. Pemkab Banyuwangi tersbius banyaknya turis yang datang, karena akan paralel dengan masuknya rupiah ke Pemkab Banyuwangi.
Namun seniman Banyuwangi melalui Lang Lang Sitegar dalam status Facebook-nya, justru mengecam keras rencana BEC yang dianggap melecehkan seniman Banyuwangi. Lang Lang menganggap, uang Rp. 700 juta lebih baik digunakan membangun Gedung Kesenian daripada dihambur-hamburkan untuk mewadahi kegiatan yang dipelopori (maaf) waria. Sentiman gender ini yang menjadi sorotan Lang Lang, hingga pada upaya menggalang kekuata untuk menggagalkan BEC yang direncanakan bulan Oktober mendatang. Dalam pertemuan dengan Bupati Anas di Pendopo, para seniman mengaku tidak bisa leluasa mengemukan uneg-unegnya. Mengingat dalam pertemuan itu, pihak Pemkab sudah mengahadirkan JFC yang rencananya menjadi konsultan BEC.
Versi Choloq Baya, GM Radar Banyuwangi yang juga ikut dalam pertemuan, seniman Banyuwangi dilihat tidak kompak. Dalam pertemuan itu, tidak terus terang menyatakan setuju dan tidak setuju dengan alasan yang masuk akal. Inilah yang akhirnya menimbulkan dugaan, ketidaksetujuan itu akibat uang yang digunakan cukup besar dan diberikan kepada orang luar. Saya kurang setuju, kalau protes dari para seniman itu semata-mata dikaitkan dengan uang. Mereka punya dasar dan alasan tersendiri, karena urat nadi mereka memang Kesenian. Jadi mereka merasa terusik, jika kesenian itu akan dikendalikan pihak luar.
Ungkapan prihatin juga dikemukan Sumono Abdul Hamid, putra Banyuwangi pensiunan Krakatau Steel yang sekarang tinggal di Bogor. Menurut pemilik Blog www.padangulan.worldpress,com ini, seharusnya potensi yang ada dikembangkan bukan malah mendatangkan dari luar. Berikut kutiman komentar Pak Sumono dalam Bahasa Using: \\\\\\\”Kari sekaken…. kari sing duwe Visi……kadung berdasar sejarah Blambangan, ono pilihan…..Carnival bertema Fauna……( ini berdasar lambang Blambangan KEBO Mas) Carnival bertema Flora ( ini mengingat Blambangan adalah pusat logisik Majapahit)…..Carnival bertema bangsa yang menjalin hubungan dan bermukim d i Blambangan, Portugis, Inggris, Belanda, Arab( Yaman) ,China , Bugis, Palembang ( Bengkolen) , Jowo, Medura, Bali……Maluku, karena ada kerajaan di Maluku arane Hitu, yang mengaku masih keturunan Sunan Giri…….lan iki masih mungkin meminta partisipasi dulur kang magih exist ring Banyuwangi ….insyaalloh siap”
Penyair Using senior, Andang Chotib Yusuf yang pernah diajak dalam pertemuan itu, mencoba menengahi mereka yang tidak setuju dan yang setuju. Menurut Andang, Bupati Banyuwangi ingin mengelompokan acara kesenian Banyuwangi dalam bentuk karnaval menjadi tiga bagian. Pertama yang bernafaskan Islam, akan digelar pada bulan Ramadhan (festival Patrol) atau Arak-arakan Endog-endogan. Kedua yang bernuansa modern, yaitu BEC yang direncanakan bulan oktober. Ketiga yang bernuansa tradisional, yaituFestival Kuwung yang dilaksanakan setiap Hari Jadi Banyuwangi bulan Desember. Tujuan pengelompokan itu, untuk meningkatkan kunjungan wisata, serta menjaga kemurnian masing-masing.
Sekarang sudah jelas, maksud dan tujuan Pemkab Banyuwangi. Namun tetap yang menjadi pertanyaan besar dari para seniman Banyuwangi. Kenapa harus kontrak dengan EO luar dalam waktu yang cukup lama? Apakah tidak ada cara lain, selain menggunakan konsultan. Misalnya dengan menggelar workshop, pesertanya para seniman Banyuwangi yang selama ini terlibat dalam acara karnaval. Pola semacam itu, bisa menjadi seniman Banyuwangi mendapatkan wawasan tentang pengelolaan karnavl yang profesional, namun untuk mempertahankan kultur yang ada, serta terus kreatif menggali potensi yang dimilki Bumi Blambangan.

Air Terjun Wonorejo



Air Terjun Wonorejo terletak di Dusun Wonorejo,Desa Kalibaru Wetan,Banyuwangi, Jawa Timur namun oleh penduduk sekitar air terjun ini dinamakan air terjun kembar “Tirto Kemanten” karena ada 2 (dua) aliran air yang sepintas mirip jejeran pengantin lelaki dan perempuan.

Daya tarik air terjun “Tirto Kemanten” terletak pada keasriannya , bangunan yang masih tergolong cukup sederhana dengan pemandangan alami di kaki gunung Raung membuat tempat ini terasa sejuk dan tenang. Menurut salah satu penjaga post, konon asal mula (babad) air terjun ini dilakukan oleh Mbah Citro Wardoyo dan menjadikan tempat ini sebagai tingkat terakhir dari 7 (tujuh) air terjun di lereng Gunung Raung jalur Kalibaru.
Tips Menuju Wisata Alam Air Terjun Tirto Kemanten :
  • Sekitar 20 meter dari stasiun Kalibaru sebelah kiri jalan terdapat sebuah belokan, selanjutnya tinggal mengikuti petunjuk menuju lokasi terjun.
  • Pastikan kondisi ban anda masih bagus, karena jalan menuju lokasi merupakan jalan perkebunan yang lumayan terjal penuh dengan batu prejeng.
  • Jika anda termasuk orang yang suka berlama-lama di suatu tempat, alangkah baiknya membawa minuman dan snack favorit karena di lokasi terjun sangat minim penjual makanan dan minuman. Ada beberapa kedai kopi dan gorengan namun biasanya mereka hanya buka pada hari libur.

Umbul Pule

Umbul Pule adalah sebuah telaga yang sangat jernih yang konon menurut cerita airnya tak pernah surut walaupun musim kemarau panjang datang,

sehingga air yang dikeluarkan oleh mata air Umbul oleh penduduk sekitar digunakan untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian dan perikanan. Di samping itu, sumber mata air dari sini juga digunakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air di 
Kabupaten Banyuwangi.Jawa Timur.

Pengembangan usaha air mineral dari sumber mata air Umbul yang diawali oleh perusahaan air minum juga mulai mendapat respon baik dari masyarakat.
Sebuah kolam renang modern dibangun di dekat kolam utama lengkap dengan taman dan bumi perkemahan. Jika pengunjung ingin mandi di kolam utama Umbul tetapi tidak dapat berenang karena memang cukup dalam, pengunjung bisa menyewa ban sebagai pelampung di warung sekitar telaga.
Menuju Wisata Umbul Pule :
Dari kecamatan Genteng ke utara sejauh 7 km menuju kecamatan Sempu.
Dari kecamatan Sempu dilanjutkan lagi menuju desa Sumbergondo, kecamatan glenmore sejauh 3 km melewati stasiun Kalisetail dan stasiun Sumberwadung untuk selanjutnya mengikuti petunjuk jalan menuju lokasi

Taman Nasional Baluran


Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.

Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasanTaman Nasional Baluran.
Tumbuhan yang ada di taman nasional ini sebanyak 444 jenis, diantaranya terdapat tumbuhan asli yang khas dan menarik yaitu widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering.
Tumbuhan yang lain seperti asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).

Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.

Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
Pada Hm. 80 Batangan – Bekol , terdapat sumur tua yang menjadi legenda masyarakat sekitar. Legenda tersebut menceritakan bahwa kotaBanyuwangi, Bali dan Baluran sama-sama menggali sumur. Apabila, sumur di masing-masing kota tersebut lebih dahulu mengeluarkan air dan mengibarkan bendera, berarti kota tersebut akan merupakan sentral keramaian/ kebudayaan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Batangan. Melihat peninggalan sejarah/situs berupa goa Jepang, makam putra Maulana Malik Ibrahim, atraksi tarian burung merak pada musim kawin antara bulan Oktober/November dan berkemah. Fasilitas: pusat informasi dan bumi perkemahan.

Bekol dan Semiang. Pengamatan satwa seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, burung.
Fasilitas yang ada: wisma peneliti, wisma tamu, menara pandang.
Bama, Balanan, Bilik. Wisata bahari, memancing, menyelam/snorkeling, dan perkelahian antara rusa jantan pada bulan Juli/Agustus; dan sekawanan kera abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut surut.

Manting, Air Kacip. Sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, habitat macan tutul.
Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Bersampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, pengamatan burung migran.
Curah Tangis. Kegiatan panjat tebing setinggi 10-30 meter, dengan kemiringan sampai 85%.
Candi Bang, Labuan Merak, Kramat. Wisata budaya.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Agustus setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Banyuwangi-Batangan dengan jarak 35 km, yang dilanjutkan ke Bekol dengan waktu 45 menit (12 km) atau Situbondo-Batangan dengan jarak 60 km menggunakan
mobil.

Watu Dodol

Watu Dodol Bila Anda hendak ke Bali melalui jalur utara Pulau Jawa, sebelum tiba di Banyuwangi Anda akan melewati
.Letaknya di pinggir pantai, ditandai dengan patung Gandrung, ikon 
Banyuwangi.Jawa Timur.

Bila Anda tidak ingin berlama-lama di Banyuwangi, sebaiknya sempatkan mampir ke Watudodol. Banyak hal yang menarik di sini. Selain patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulauBali terlihat dari sini. Anda bisa melihat feri menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk. Mampirlah ke pantainya, di sepanjang jalan terdapat banyak orang berjualan. Anda juga bisa mandi di pantainya, atau berlayar dengan perahu nelayan.

Di salah satu bibir pantai ada keajaiban. Mungkinkah sebuah sumur tawar ada di pinggir pantai? Aneh tapi nyata, diWatudodol, ditemukan sumber air tawar. Rasanya tidak asin ataupun antak. Kalau pasang, air bisa masuk ke dalam sumber air ini, tapi airnya tetap tidak asin. Agar tidak terlalu sering terkena air pasang, warga setempat membuatkan pembatas yang dibuat jadi semacam sumur. Jadi bagi mereka yang ingin mengambil airnya bisa menggunakan timba.

Watu Dodol
Masyarakat Bali bila menjelang hari suci seperti Waisak, selalu memenuhi tempat ini. Bukan cuma warga Bali, mereka yang datang dari berbagai penjuru tanah air menyempatkan diri datang ke sumur ini untuk mengambil air sumur tawar itu. “Banyak yang percaya, air itu bisa menyembuhkan rematik atau penyakit lainnya,”.

Patung Gandrung adalah salah satu tempat yang tidak bisa Anda lupakan ketika Anda ingin berfoto. Fondasi patung yang berada di atas pantai ini sudah selesai tahun 2003 lalu. Tetapi pembuatan patung Gandrung baru selesai sekitar akhir 2004 lalu. “Yang mahat 3 orang, 1 orang Banyuwangi, 1 orang Jawa Tengah, dan 1 orang dari Bali,”

Watu Dodol
Proses pengerjaannya memakan waktu 3 bulan. Salah satu pelukisnya bernama Wayan, warga Bali yang tinggal diBanyuwangi.
Jangan dulu buru-buru pulang atau pergi ke Bali, sebelum Anda melihat ada sebuah batu besar yang terletak persis di tengah jalan di Watudodol tak jauh dari patung Gandrung. Batu ini mirip dodol. Rupanya batu yang tinginya kira-kira setinggi tiang listrik merupakan muasal wilayah itu disebut Watudodol. Mungkin karena bentuknya yang seperti dodol.
Batu ini menjadi unik karena memiliki sejarah sendiri dan cerita mistik di dalamnya. Daerah ini pernah dijadikan sebagai tempat pertahanan dan perlidungan tentara Jepang ketika Perang Dunia II. Karena dianggap mengganggu, batu yang berdiameter sekitar 10 pelukan orang dewasa ini oleh tentara Jepang pernah hendak dipindahkan. Namun, walau sudah puluhan orang dikerahkan untuk memotong batu tersebut agar bisa digulingkan, tidak membawa hasil. Lalu Jepang memutuskan memindakan batu itu dengan ditarik kapal. Ternyata sang batu tetap saja tak bergeming. Kabarnya malah kapal yang menarik itu tenggelam.

Selain mengunjungi sumur air tawar, orang Bali khususnya para sopir truk sering berhenti di Watudodol untuk memberikan persembahan di batu ini, seperti kembang, buah-buahan, uang dan sebagainya.
Di samping pesona keindahan dan mistik, Watudodol menyimpan catatan sejarah yang menarik. Watudodol adalah pintu gerbang ke wilayah paling timur pulau Jawa. Bala tentara bisa masuk dari sini menuju ke selatan (Jember) atau ke arah barat (Situbondo).

Tanggal 14 April 1946, Belanda ingin mengadakan percobaan pendararatan di Ketapang, tapi berhasil dihalau oleh tokoh masyarakat Banyuwangi di antaranya Pak Nusahra. Ketika Belanda akan mencoba mendarat di pantai Meneng dan pelabuhan Ketapang, pada 20 Juli 1947, Belanda kembali gagal, karena mendapat perlawanan meriam yang gigih dari pasukanIndonesia di bawah pimpinan Mayor R. Abdul Rifai. Esoknya, Belanda kembali berusaha merebut Watudodol dengan mengerahkan pesawat tempur, tapi kembali terpukul setelah kapal mereka berhasil ditenggelamkan.

Jika Anda lapar atau ngantuk serta bermaksud hendak menginap, di Watudodol Anda bisa mampir di restoran dan hotel di sekitar itu. Tarifnya berkisar antara Rp 100.000 sampai Rp 200.000.

Pantai Blimbingsari


Pantai Blimbingsari terletak di Kecamatan Rogojampi,Banyuwangi,Jawa Timur.Pantai Blimbingsari terletak kira - kira 15 km ke timur dari kota Rogojampi dan 23 km,di selatan dari kota Banyuwangi ,Jawa Timur, dan juga masih satu jalur dengan Bandara Blimbingsari.

Pantai Blimbingsari merupakan pantai yang indah dan bersih,mungkin Nama Pantai Blimbingsari Masih Kalah Tenar dengan Pantai-Pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi,Misal Pantai Grajagan dan Pantai Plengkung,Tapi Bila wisatawan datang ke Pantai Blimbingsari tidak akan Menyesal.

Pantai Blimbingsari terkenal dengan ikan bakarnya. Banyak para pengunjung yang datang terutama pada hari Minggu dan hari libur,dan Ramai lagi bila liburan Hari Raya.

Pantai Blimbingsari
Para pengunjung dapat menikmati keindahan pantai. Upacara petik laut Blimbingsari yang biasanya diadakan setiap bulan Suro.

Pantai Blimbingsari
Pantai Blimbingsari cocok untuk melepas penat diakhir pekan buat anda yang berada di Kabupaten Banyuwangi ataupun sekitarnya..

kawah Ijen


kawah Ijen, terletak di BanyuwangiJawa Timur. Wisata ini pernah dipublikasikan dan terkenal Sampai Negara Perancis melalui Tayangan Ushuwaia Adventure yang memperlihatkan Nicolai Hulot sang-penjelajah
Kawah Ijen ternyata mudah untuk dikunjungi melaluiBanyuwangi atau Bondowoso.
Keunikan yang utama dari wisata Kawah Ijen selain dari pada panoramanya yang sangat indah adalah melihat penambangan belerang tradisional yang diangkut dengan cara dipikul tenaga manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya terdapat diIndonesia saja (Welirang dan Ijen). Beban yang diangkut masing-masing per orangnya sampai seberat 85kg.

Beban ini luar biasa berat buat kebanyakan orang, manakala belerang diangkut melalui dinding kaldera yang curam dan 800m menuruni gunung sejauh 3km. Penghasilan yang diterima seorang pemikul rata-rata 25 ribu rupiah per harinya, atau sekitar 300 rupiah per kilonya. Seorang pemikul biasanya hanya mampu membawa turun satu kali setiap harinya, karena beratnya pekerjaan. Beberapa ratus meter terdapat sebuah bangunan bundar kuno peninggalan Belanda bertuliskan “Pengairan Kawah Ijen”, yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar, sebuah pos dimana para penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya.

Perjalanan wisata ke kawah Ijen, dimulai dari Paltuding 1,600 mdpl, sebuah pos Perhutani di kaki gunung Merapi- Ijen. Dari sini jalan tanah menanjak ke ketinggian 2,400m dpl dengan waktu tempuh 2 jam jalan santai. Sepanjang perjalanan banyak berpapasan dengan pemikul belerang yang ramah bertukar salam.

Tiba di bibir kawah, pemandangan menakjubkan berada di depan mata. Sebuah danau hijau tosca dengan diameter 1 km berselimutkan kabut dan asap belerang berada jauh dibawah. Penambang-penambang belerang terlihat kecil dari atas. Untuk menuju ke sumber penghasil belerang tsb., kita perlu menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang dilalui penambang. Sapu tangan basah sangat diperlukan, karena seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan.

Didasar kawah, sejajar dengan permukaan danau terdapat tempat pengambilan belerang. Asap putih pekat keluar menyembur am pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Lelehan 600oC fumarol berwarna merah membara meleleh keluar dan membeku karena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang.

Terkadang bara fumarol menyala tak terkendali, yang biasanya segera disiram air untuk mencegah reaksi piroporik berantai. Batu-batuan belerang ini dipotong dengan linggis dan diangkut kedlm keranjang. Bernapas dlm lingkungan spt. ini dibutuhkan perjuangan tersendiri, para penambang umumnya bekerja sambil menggigit kain sarung atau potongan kain seadanya sebagai penapis udara.

Selain langsung menuju muka danau, berkeliling kaldera dapat dilakukan dengan memakan waktu kurang lebih seharian penuh. Pendakian ke kawah Ijen umumnya disarankan dimulai pada pagi hari. Demi alasan keamanan, pendakian ke kawah ijen dari Paltuding ditutup selepas pukul 14:00, karena pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian. Untuk mengejar perjalanan di pagi hari, pengunjung disarankan menginap di lokasi terdekat di Bondowoso, kota pegunungan yang bersih, atau di Situbondo sebuah kota pantai.

Jika anda menyukai suasana perkebunan, tempat yang berkesan untuk bermalam adalah Guest House Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII di Kalisat, Jampit. Guest house ini terletak didalam kompleks perumahan perkebunan pada ketinggian sekitar 1,200 mdpl. Selain itu juga tersedia Pondok Wisata di Paltuding yang cukup bersih, atau membuka tenda di bumi perkemahan Paltuding. Temparature rata-rata di sekitar kawah Ijen adalah 13 oC di siang hari dan 2 oC di malam hari.

Untuk mencapai kawah Ijen saat ini tidaklah terlalu sulit. Terdapat dua cara, pertama melalui kota Banyuwangi sejauh 38 km ke barat melalui Licin, Jambu, Paltuding (1,600 mdpl). Cara kedua orang adalah melalui kota Bondowoso ke timur melalui Wonosari, Sempol (800 mdpl), Paltuding sejauh 70 km. Cara kedua ini paling banyak ditempuh orang karena melalui jalan aspal mulus, sedangkan cara pertama melalui jalan makadam dengan tanjakan yang cukup curam. Turis asing selepas kunjungan di Bromo biasanya datang melalui Bondowoso, kembali melalui Banyuwangi, terus ke Bali dan Lombok.

Rute dari Bondowoso ini melalui daerah terbatas areal perkebunan kopi, dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang kita diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan. Pemandangan di rute ini sangat bagus, dengan kebun kopi arabikanya yang hijau teratur, hutan pinus Perhutani dan hutan perawan Cagar Alam Ijen-Merapi yang lebat. Kunjungan singkat satu hari dapat dilakukan, namun bermalam di perkebunan kopi adalah pilihan yang tepat. Tersedia paket agro-wisata mengunjungi kebun kopi dan unit pemrosesan biji kopi yang patut dipertimbangkan.
Objek Wisata Indonesia Surga Dunia