Banyuwangi Etno Carnival (BEC)

Selasa, 01 November 2011

Gagasan Pemkab Banyuwangi menggelar Banyuwangi Etno Carnival (BEC), semacam karnaval seperti di Jember, mulai menuai protes dari sejumlah seniman dan putra daerah yang ada di luar Banyuwangi. Proyek yang dianggarkan Rp. 700 juta itu, rencananya akan menggunakan Event Organizer (EO) Profesional di bidang Karnaval yaitu JFC (Jember Fashion Carnaval) di bawah komando Dynand Fariz. Bahkan JFC akan dikontrak selama 3 tahun sebagai konsultan BEC, atau hingga panitia lokal mampu menyelenggarakan sendiri.
Konsep BEC tidak jauh berbeda dengan JFC, karena konseptornya memang orang yang sama. Namun penggagas dan Pemkab Banyuwangi bertekad, akan menggali potensi seni-budaya Banyuwangi dalam BEC. Jaminannya, JFC hanya sebagai konsultan untuk membuat karnaval yang menarik perhatian dan menyedot turis banyak. Sementara peserta BEC harus melalui seleksi dan yang melakukan adalah panitia lokal, orang-orang Banyuwangi dengan konsep yang diberikan oleh Konsultan. Menurut Samsudin Adhlawi, Penyair Banyuwangi yang sekarang menjadi GM Radar Jember, JFC tidak bisa menentuka peserta. Ini sebagai jawaban atas keraguan dan keresahan dari sejumlah kalangan, jika BEC akan digunakan ajang pamer kreasi para waria seperti JFC.
Samsudin lebih jauh menjelaskan, jika kehadiran JFC itu hanya untuk menjadikan BEC lebih bagus dibanding dengan karnaval yang ada. Mengingat JFC sudah berpengalaman 10 tahun menangani karnaval, serta dianggap berhasil menyedot pengunjung lokal maupun manca negara. Bahkan hotel-hotel di Jember menjadi penuh (full-booking) saat ada JFC, meski belum ada klarifikasi apakah mereka yang datang itu turis, atau peserta yang memang kebanyakan dari luar kota. Dasar inilah yang dijadikan Pemkab Banyuwangi dan Penggagas lain, untuk mengusung JFC yang berganti baju dengan nama BEC. Pemkab Banyuwangi tersbius banyaknya turis yang datang, karena akan paralel dengan masuknya rupiah ke Pemkab Banyuwangi.
Namun seniman Banyuwangi melalui Lang Lang Sitegar dalam status Facebook-nya, justru mengecam keras rencana BEC yang dianggap melecehkan seniman Banyuwangi. Lang Lang menganggap, uang Rp. 700 juta lebih baik digunakan membangun Gedung Kesenian daripada dihambur-hamburkan untuk mewadahi kegiatan yang dipelopori (maaf) waria. Sentiman gender ini yang menjadi sorotan Lang Lang, hingga pada upaya menggalang kekuata untuk menggagalkan BEC yang direncanakan bulan Oktober mendatang. Dalam pertemuan dengan Bupati Anas di Pendopo, para seniman mengaku tidak bisa leluasa mengemukan uneg-unegnya. Mengingat dalam pertemuan itu, pihak Pemkab sudah mengahadirkan JFC yang rencananya menjadi konsultan BEC.
Versi Choloq Baya, GM Radar Banyuwangi yang juga ikut dalam pertemuan, seniman Banyuwangi dilihat tidak kompak. Dalam pertemuan itu, tidak terus terang menyatakan setuju dan tidak setuju dengan alasan yang masuk akal. Inilah yang akhirnya menimbulkan dugaan, ketidaksetujuan itu akibat uang yang digunakan cukup besar dan diberikan kepada orang luar. Saya kurang setuju, kalau protes dari para seniman itu semata-mata dikaitkan dengan uang. Mereka punya dasar dan alasan tersendiri, karena urat nadi mereka memang Kesenian. Jadi mereka merasa terusik, jika kesenian itu akan dikendalikan pihak luar.
Ungkapan prihatin juga dikemukan Sumono Abdul Hamid, putra Banyuwangi pensiunan Krakatau Steel yang sekarang tinggal di Bogor. Menurut pemilik Blog www.padangulan.worldpress,com ini, seharusnya potensi yang ada dikembangkan bukan malah mendatangkan dari luar. Berikut kutiman komentar Pak Sumono dalam Bahasa Using: \\\\\\\”Kari sekaken…. kari sing duwe Visi……kadung berdasar sejarah Blambangan, ono pilihan…..Carnival bertema Fauna……( ini berdasar lambang Blambangan KEBO Mas) Carnival bertema Flora ( ini mengingat Blambangan adalah pusat logisik Majapahit)…..Carnival bertema bangsa yang menjalin hubungan dan bermukim d i Blambangan, Portugis, Inggris, Belanda, Arab( Yaman) ,China , Bugis, Palembang ( Bengkolen) , Jowo, Medura, Bali……Maluku, karena ada kerajaan di Maluku arane Hitu, yang mengaku masih keturunan Sunan Giri…….lan iki masih mungkin meminta partisipasi dulur kang magih exist ring Banyuwangi ….insyaalloh siap”
Penyair Using senior, Andang Chotib Yusuf yang pernah diajak dalam pertemuan itu, mencoba menengahi mereka yang tidak setuju dan yang setuju. Menurut Andang, Bupati Banyuwangi ingin mengelompokan acara kesenian Banyuwangi dalam bentuk karnaval menjadi tiga bagian. Pertama yang bernafaskan Islam, akan digelar pada bulan Ramadhan (festival Patrol) atau Arak-arakan Endog-endogan. Kedua yang bernuansa modern, yaitu BEC yang direncanakan bulan oktober. Ketiga yang bernuansa tradisional, yaituFestival Kuwung yang dilaksanakan setiap Hari Jadi Banyuwangi bulan Desember. Tujuan pengelompokan itu, untuk meningkatkan kunjungan wisata, serta menjaga kemurnian masing-masing.
Sekarang sudah jelas, maksud dan tujuan Pemkab Banyuwangi. Namun tetap yang menjadi pertanyaan besar dari para seniman Banyuwangi. Kenapa harus kontrak dengan EO luar dalam waktu yang cukup lama? Apakah tidak ada cara lain, selain menggunakan konsultan. Misalnya dengan menggelar workshop, pesertanya para seniman Banyuwangi yang selama ini terlibat dalam acara karnaval. Pola semacam itu, bisa menjadi seniman Banyuwangi mendapatkan wawasan tentang pengelolaan karnavl yang profesional, namun untuk mempertahankan kultur yang ada, serta terus kreatif menggali potensi yang dimilki Bumi Blambangan.

Air Terjun Wonorejo



Air Terjun Wonorejo terletak di Dusun Wonorejo,Desa Kalibaru Wetan,Banyuwangi, Jawa Timur namun oleh penduduk sekitar air terjun ini dinamakan air terjun kembar “Tirto Kemanten” karena ada 2 (dua) aliran air yang sepintas mirip jejeran pengantin lelaki dan perempuan.

Daya tarik air terjun “Tirto Kemanten” terletak pada keasriannya , bangunan yang masih tergolong cukup sederhana dengan pemandangan alami di kaki gunung Raung membuat tempat ini terasa sejuk dan tenang. Menurut salah satu penjaga post, konon asal mula (babad) air terjun ini dilakukan oleh Mbah Citro Wardoyo dan menjadikan tempat ini sebagai tingkat terakhir dari 7 (tujuh) air terjun di lereng Gunung Raung jalur Kalibaru.
Tips Menuju Wisata Alam Air Terjun Tirto Kemanten :
  • Sekitar 20 meter dari stasiun Kalibaru sebelah kiri jalan terdapat sebuah belokan, selanjutnya tinggal mengikuti petunjuk menuju lokasi terjun.
  • Pastikan kondisi ban anda masih bagus, karena jalan menuju lokasi merupakan jalan perkebunan yang lumayan terjal penuh dengan batu prejeng.
  • Jika anda termasuk orang yang suka berlama-lama di suatu tempat, alangkah baiknya membawa minuman dan snack favorit karena di lokasi terjun sangat minim penjual makanan dan minuman. Ada beberapa kedai kopi dan gorengan namun biasanya mereka hanya buka pada hari libur.

Umbul Pule

Umbul Pule adalah sebuah telaga yang sangat jernih yang konon menurut cerita airnya tak pernah surut walaupun musim kemarau panjang datang,

sehingga air yang dikeluarkan oleh mata air Umbul oleh penduduk sekitar digunakan untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian dan perikanan. Di samping itu, sumber mata air dari sini juga digunakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air di 
Kabupaten Banyuwangi.Jawa Timur.

Pengembangan usaha air mineral dari sumber mata air Umbul yang diawali oleh perusahaan air minum juga mulai mendapat respon baik dari masyarakat.
Sebuah kolam renang modern dibangun di dekat kolam utama lengkap dengan taman dan bumi perkemahan. Jika pengunjung ingin mandi di kolam utama Umbul tetapi tidak dapat berenang karena memang cukup dalam, pengunjung bisa menyewa ban sebagai pelampung di warung sekitar telaga.
Menuju Wisata Umbul Pule :
Dari kecamatan Genteng ke utara sejauh 7 km menuju kecamatan Sempu.
Dari kecamatan Sempu dilanjutkan lagi menuju desa Sumbergondo, kecamatan glenmore sejauh 3 km melewati stasiun Kalisetail dan stasiun Sumberwadung untuk selanjutnya mengikuti petunjuk jalan menuju lokasi

Taman Nasional Baluran


Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.

Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasanTaman Nasional Baluran.
Tumbuhan yang ada di taman nasional ini sebanyak 444 jenis, diantaranya terdapat tumbuhan asli yang khas dan menarik yaitu widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering.
Tumbuhan yang lain seperti asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).

Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.

Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
Pada Hm. 80 Batangan – Bekol , terdapat sumur tua yang menjadi legenda masyarakat sekitar. Legenda tersebut menceritakan bahwa kotaBanyuwangi, Bali dan Baluran sama-sama menggali sumur. Apabila, sumur di masing-masing kota tersebut lebih dahulu mengeluarkan air dan mengibarkan bendera, berarti kota tersebut akan merupakan sentral keramaian/ kebudayaan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Batangan. Melihat peninggalan sejarah/situs berupa goa Jepang, makam putra Maulana Malik Ibrahim, atraksi tarian burung merak pada musim kawin antara bulan Oktober/November dan berkemah. Fasilitas: pusat informasi dan bumi perkemahan.

Bekol dan Semiang. Pengamatan satwa seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, burung.
Fasilitas yang ada: wisma peneliti, wisma tamu, menara pandang.
Bama, Balanan, Bilik. Wisata bahari, memancing, menyelam/snorkeling, dan perkelahian antara rusa jantan pada bulan Juli/Agustus; dan sekawanan kera abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut surut.

Manting, Air Kacip. Sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, habitat macan tutul.
Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Bersampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, pengamatan burung migran.
Curah Tangis. Kegiatan panjat tebing setinggi 10-30 meter, dengan kemiringan sampai 85%.
Candi Bang, Labuan Merak, Kramat. Wisata budaya.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Agustus setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Banyuwangi-Batangan dengan jarak 35 km, yang dilanjutkan ke Bekol dengan waktu 45 menit (12 km) atau Situbondo-Batangan dengan jarak 60 km menggunakan
mobil.

Watu Dodol

Watu Dodol Bila Anda hendak ke Bali melalui jalur utara Pulau Jawa, sebelum tiba di Banyuwangi Anda akan melewati
.Letaknya di pinggir pantai, ditandai dengan patung Gandrung, ikon 
Banyuwangi.Jawa Timur.

Bila Anda tidak ingin berlama-lama di Banyuwangi, sebaiknya sempatkan mampir ke Watudodol. Banyak hal yang menarik di sini. Selain patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulauBali terlihat dari sini. Anda bisa melihat feri menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk. Mampirlah ke pantainya, di sepanjang jalan terdapat banyak orang berjualan. Anda juga bisa mandi di pantainya, atau berlayar dengan perahu nelayan.

Di salah satu bibir pantai ada keajaiban. Mungkinkah sebuah sumur tawar ada di pinggir pantai? Aneh tapi nyata, diWatudodol, ditemukan sumber air tawar. Rasanya tidak asin ataupun antak. Kalau pasang, air bisa masuk ke dalam sumber air ini, tapi airnya tetap tidak asin. Agar tidak terlalu sering terkena air pasang, warga setempat membuatkan pembatas yang dibuat jadi semacam sumur. Jadi bagi mereka yang ingin mengambil airnya bisa menggunakan timba.

Watu Dodol
Masyarakat Bali bila menjelang hari suci seperti Waisak, selalu memenuhi tempat ini. Bukan cuma warga Bali, mereka yang datang dari berbagai penjuru tanah air menyempatkan diri datang ke sumur ini untuk mengambil air sumur tawar itu. “Banyak yang percaya, air itu bisa menyembuhkan rematik atau penyakit lainnya,”.

Patung Gandrung adalah salah satu tempat yang tidak bisa Anda lupakan ketika Anda ingin berfoto. Fondasi patung yang berada di atas pantai ini sudah selesai tahun 2003 lalu. Tetapi pembuatan patung Gandrung baru selesai sekitar akhir 2004 lalu. “Yang mahat 3 orang, 1 orang Banyuwangi, 1 orang Jawa Tengah, dan 1 orang dari Bali,”

Watu Dodol
Proses pengerjaannya memakan waktu 3 bulan. Salah satu pelukisnya bernama Wayan, warga Bali yang tinggal diBanyuwangi.
Jangan dulu buru-buru pulang atau pergi ke Bali, sebelum Anda melihat ada sebuah batu besar yang terletak persis di tengah jalan di Watudodol tak jauh dari patung Gandrung. Batu ini mirip dodol. Rupanya batu yang tinginya kira-kira setinggi tiang listrik merupakan muasal wilayah itu disebut Watudodol. Mungkin karena bentuknya yang seperti dodol.
Batu ini menjadi unik karena memiliki sejarah sendiri dan cerita mistik di dalamnya. Daerah ini pernah dijadikan sebagai tempat pertahanan dan perlidungan tentara Jepang ketika Perang Dunia II. Karena dianggap mengganggu, batu yang berdiameter sekitar 10 pelukan orang dewasa ini oleh tentara Jepang pernah hendak dipindahkan. Namun, walau sudah puluhan orang dikerahkan untuk memotong batu tersebut agar bisa digulingkan, tidak membawa hasil. Lalu Jepang memutuskan memindakan batu itu dengan ditarik kapal. Ternyata sang batu tetap saja tak bergeming. Kabarnya malah kapal yang menarik itu tenggelam.

Selain mengunjungi sumur air tawar, orang Bali khususnya para sopir truk sering berhenti di Watudodol untuk memberikan persembahan di batu ini, seperti kembang, buah-buahan, uang dan sebagainya.
Di samping pesona keindahan dan mistik, Watudodol menyimpan catatan sejarah yang menarik. Watudodol adalah pintu gerbang ke wilayah paling timur pulau Jawa. Bala tentara bisa masuk dari sini menuju ke selatan (Jember) atau ke arah barat (Situbondo).

Tanggal 14 April 1946, Belanda ingin mengadakan percobaan pendararatan di Ketapang, tapi berhasil dihalau oleh tokoh masyarakat Banyuwangi di antaranya Pak Nusahra. Ketika Belanda akan mencoba mendarat di pantai Meneng dan pelabuhan Ketapang, pada 20 Juli 1947, Belanda kembali gagal, karena mendapat perlawanan meriam yang gigih dari pasukanIndonesia di bawah pimpinan Mayor R. Abdul Rifai. Esoknya, Belanda kembali berusaha merebut Watudodol dengan mengerahkan pesawat tempur, tapi kembali terpukul setelah kapal mereka berhasil ditenggelamkan.

Jika Anda lapar atau ngantuk serta bermaksud hendak menginap, di Watudodol Anda bisa mampir di restoran dan hotel di sekitar itu. Tarifnya berkisar antara Rp 100.000 sampai Rp 200.000.

Pantai Blimbingsari


Pantai Blimbingsari terletak di Kecamatan Rogojampi,Banyuwangi,Jawa Timur.Pantai Blimbingsari terletak kira - kira 15 km ke timur dari kota Rogojampi dan 23 km,di selatan dari kota Banyuwangi ,Jawa Timur, dan juga masih satu jalur dengan Bandara Blimbingsari.

Pantai Blimbingsari merupakan pantai yang indah dan bersih,mungkin Nama Pantai Blimbingsari Masih Kalah Tenar dengan Pantai-Pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi,Misal Pantai Grajagan dan Pantai Plengkung,Tapi Bila wisatawan datang ke Pantai Blimbingsari tidak akan Menyesal.

Pantai Blimbingsari terkenal dengan ikan bakarnya. Banyak para pengunjung yang datang terutama pada hari Minggu dan hari libur,dan Ramai lagi bila liburan Hari Raya.

Pantai Blimbingsari
Para pengunjung dapat menikmati keindahan pantai. Upacara petik laut Blimbingsari yang biasanya diadakan setiap bulan Suro.

Pantai Blimbingsari
Pantai Blimbingsari cocok untuk melepas penat diakhir pekan buat anda yang berada di Kabupaten Banyuwangi ataupun sekitarnya..

kawah Ijen


kawah Ijen, terletak di BanyuwangiJawa Timur. Wisata ini pernah dipublikasikan dan terkenal Sampai Negara Perancis melalui Tayangan Ushuwaia Adventure yang memperlihatkan Nicolai Hulot sang-penjelajah
Kawah Ijen ternyata mudah untuk dikunjungi melaluiBanyuwangi atau Bondowoso.
Keunikan yang utama dari wisata Kawah Ijen selain dari pada panoramanya yang sangat indah adalah melihat penambangan belerang tradisional yang diangkut dengan cara dipikul tenaga manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya terdapat diIndonesia saja (Welirang dan Ijen). Beban yang diangkut masing-masing per orangnya sampai seberat 85kg.

Beban ini luar biasa berat buat kebanyakan orang, manakala belerang diangkut melalui dinding kaldera yang curam dan 800m menuruni gunung sejauh 3km. Penghasilan yang diterima seorang pemikul rata-rata 25 ribu rupiah per harinya, atau sekitar 300 rupiah per kilonya. Seorang pemikul biasanya hanya mampu membawa turun satu kali setiap harinya, karena beratnya pekerjaan. Beberapa ratus meter terdapat sebuah bangunan bundar kuno peninggalan Belanda bertuliskan “Pengairan Kawah Ijen”, yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar, sebuah pos dimana para penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya.

Perjalanan wisata ke kawah Ijen, dimulai dari Paltuding 1,600 mdpl, sebuah pos Perhutani di kaki gunung Merapi- Ijen. Dari sini jalan tanah menanjak ke ketinggian 2,400m dpl dengan waktu tempuh 2 jam jalan santai. Sepanjang perjalanan banyak berpapasan dengan pemikul belerang yang ramah bertukar salam.

Tiba di bibir kawah, pemandangan menakjubkan berada di depan mata. Sebuah danau hijau tosca dengan diameter 1 km berselimutkan kabut dan asap belerang berada jauh dibawah. Penambang-penambang belerang terlihat kecil dari atas. Untuk menuju ke sumber penghasil belerang tsb., kita perlu menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang dilalui penambang. Sapu tangan basah sangat diperlukan, karena seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan.

Didasar kawah, sejajar dengan permukaan danau terdapat tempat pengambilan belerang. Asap putih pekat keluar menyembur am pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Lelehan 600oC fumarol berwarna merah membara meleleh keluar dan membeku karena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang.

Terkadang bara fumarol menyala tak terkendali, yang biasanya segera disiram air untuk mencegah reaksi piroporik berantai. Batu-batuan belerang ini dipotong dengan linggis dan diangkut kedlm keranjang. Bernapas dlm lingkungan spt. ini dibutuhkan perjuangan tersendiri, para penambang umumnya bekerja sambil menggigit kain sarung atau potongan kain seadanya sebagai penapis udara.

Selain langsung menuju muka danau, berkeliling kaldera dapat dilakukan dengan memakan waktu kurang lebih seharian penuh. Pendakian ke kawah Ijen umumnya disarankan dimulai pada pagi hari. Demi alasan keamanan, pendakian ke kawah ijen dari Paltuding ditutup selepas pukul 14:00, karena pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian. Untuk mengejar perjalanan di pagi hari, pengunjung disarankan menginap di lokasi terdekat di Bondowoso, kota pegunungan yang bersih, atau di Situbondo sebuah kota pantai.

Jika anda menyukai suasana perkebunan, tempat yang berkesan untuk bermalam adalah Guest House Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII di Kalisat, Jampit. Guest house ini terletak didalam kompleks perumahan perkebunan pada ketinggian sekitar 1,200 mdpl. Selain itu juga tersedia Pondok Wisata di Paltuding yang cukup bersih, atau membuka tenda di bumi perkemahan Paltuding. Temparature rata-rata di sekitar kawah Ijen adalah 13 oC di siang hari dan 2 oC di malam hari.

Untuk mencapai kawah Ijen saat ini tidaklah terlalu sulit. Terdapat dua cara, pertama melalui kota Banyuwangi sejauh 38 km ke barat melalui Licin, Jambu, Paltuding (1,600 mdpl). Cara kedua orang adalah melalui kota Bondowoso ke timur melalui Wonosari, Sempol (800 mdpl), Paltuding sejauh 70 km. Cara kedua ini paling banyak ditempuh orang karena melalui jalan aspal mulus, sedangkan cara pertama melalui jalan makadam dengan tanjakan yang cukup curam. Turis asing selepas kunjungan di Bromo biasanya datang melalui Bondowoso, kembali melalui Banyuwangi, terus ke Bali dan Lombok.

Rute dari Bondowoso ini melalui daerah terbatas areal perkebunan kopi, dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang kita diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan. Pemandangan di rute ini sangat bagus, dengan kebun kopi arabikanya yang hijau teratur, hutan pinus Perhutani dan hutan perawan Cagar Alam Ijen-Merapi yang lebat. Kunjungan singkat satu hari dapat dilakukan, namun bermalam di perkebunan kopi adalah pilihan yang tepat. Tersedia paket agro-wisata mengunjungi kebun kopi dan unit pemrosesan biji kopi yang patut dipertimbangkan.
Objek Wisata Indonesia Surga Dunia

Taman Nasional Alas Purwo


Taman Nasional Alas Purwo (atau biasa disingkat Alas Purwo)terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten BanyuwangiJawa Timur. Bagi masyarakat sekitar, nama alas purwo memiliki arti sebagai hutan pertama, atau hutan tertua di Pulau Jawa. Oleh sebab itu,

tak heran bila masyarakat sekitar menganggap Alas Purwosebagai hutan keramat. Sehingga, selain
diminati sebagai tujuan wisata alam, kawasan Alas Purwo juga diyakini memiliki situs-situs yang

dianggap mistis yang menjadi magnet bagi para peziarah untuk melakukan berbagai ritual di hutan ini.
Taman nasional yang diresmikan melalui SK Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-II/92 ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Ketinggiannya berada pada kisaran 0—322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322 meter dpl).

Berdasarkan ekosistemnya, tipe-tipe hutan di Taman Nasional Alas Purwo dapat dibagi menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground). Jika diamati sekilas, dari luas lahan sekitar 43.420 hektar, taman nasional ini didominasi oleh hutan bambu, yang menempati areal sekitar 40 % dari seluruh area yang ada.
Secara umum, keadaan tanah di taman ini sebagian besar adalah tanah liat berpasir, sedangkan sebagian kecil lainnya berupa tanah lempung. Curah hujan per tahun rata-rata berkisar antara 1.000—1.500 mm dengan temperatur antara 27°-30° C, dan kelembaban udara antara 40—85 %. Biasanya, musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober, sementara musim penghujan
terjadi sebaliknya, yaitu pada bulan Oktober
asa
B. Keistimewaan

Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat bagi para pelancong yang gemar menjelajahi hutan, mengamati tumbuhan dan satwa liar, atau penggemar wisata pantai, penikmat selancar air (surfing), atau mereka yang menyukai wisata ziarah. Taman Nasional Alas Purwo memang memiliki hutan yang masih alami, beberapa pantai dan teluk yang indah, serta situs-situs mistis yang kerap menjadi lokasi bersemedi atau tirakat masyarakat setempat dan para pendatang.
Mengunjungi Taman Nasional Alas Purwo, wisatawan dapat mengamati kekayaan flora dan fauna yang ada. Taman nasional ini memiliki setidaknya 13 jenis bambu dan 548 jenis tumbuhan lain yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon. Tumbuhan khas dan endemik yang terdapat di taman nasional ini yaitu sawo kecik dan bambu manggong .

Tumbuhan lainnya adalah ketapang , nyamplung , kepuh , dan keben .

Kondisi alamnya yang masih alami membuat Taman Nasional Alas Purwo menjadi habitat yang
cocok bagi berbagai satwa liar, seperti lutung budeng , banteng , ajag rusa , macan tutul
, kucing bakau , serta burung merak
dan ayam hutan . Tak hanya satwa darat, satwa air yang langka dan
dilindungi seperti penyu lekang , penyu belimbing (dermochelys coriacea),
penyu sisik , serta penyu hijau juga menjadi penghuni di
pantai selatan taman nasional ini (Pantai Ngagelan).


C. Lokasi

Taman Nasional Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi,Jawa Timur
D. Akses

Kota Banyuwangi terletak sekitar 290 km arah timur KotaSurabaya (Ibu Kota Provinsi Jawa Timur) dan dapat ditempuh dengan bus atau kereta api. Sementara dari Pulau Bali,Banyuwangi terletak sekitar 10 km arah barat yang hanya dipisahkan oleh Selat Bali. Untuk menyeberang ke Banyuwangi, wisatawan dapat memanfaatkan jasa Kapal Ferry dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang.

Dari Kota BanyuwangiTaman Nasional Alas Purwo, dapat dicapai dengan menggunakan mobil sewaan (carter mobil Colt) menuju Pasar Anyar dengan jarak tempuh sekitar 65 km. Dari Pasar Anyar wisatawan dapat menyewa truk atau ojek menuju pos pintu utama di Rawa Bendo. Untuk jasa ojek, wisatawan harus membayar sektar Rp 20.000 menuju Rawa Bendo (Januari 2009). Wisatawan yang ingin memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo biasanya diwajibkan mendaftarkan diri serta membayar tiket di Pos Rawa Bendo ini. Dari Rawa Bendo, wisatawan dapat memulai penjelajahan hutan, mengunjungi situs-situs ziarah, atau langsung menuju obyek wisata pantai, seperti Segara Anakan, Pantai Trianggulasi, Pantai Ngagelan, serta lokasi surfing di Pantai Plengkung.

E. Harga Tiket

Untuk masuk ke Taman Nasional Alas Purwo pengunjung harus membayar tiket masuk di Pos Rawa Bendo. Pembayaran tiket masuk dibedakan menurut pekerjaan/profesi pengunjung. Besaran harga tiket masih dalam konfirmasi.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo telah dilengkapi fasilitas pemandu, yaitu para Jagawana (penjaga hutan) atau asisten Jagawana yang dapat dimintai bantuan untuk memandu penjelajahan. Untuk jasa pemandu ini, wisatawan harus merogoh kocek antara Rp 75.000 sampai Rp 150.000 per hari. Di kantor pengawasan taman nasional juga terdapat beberapa mobil Jeep untuk patroli serta sepeda motor trail yang dapat disewa untuk keperluan penjelajahan. Apabila membawa kendaraan pribadi, wisatawan juga dijamin tidak akan kesasar menyusuri hutan karena telah dilengkapi papan-papan petunjuk menuju berbagai obyek wisata di dalam taman nasional ini. Papan petunjuk tersebut juga dilengkapi keterangan jarak yang harus ditempuh (berapa kilometer), serta sarana menuju lokasi (misalnya dapat ditempuh dengan mobil, sepeda motor, atau jalan kaki).

Salah satu papan petunjuk di Taman Nasional Alas Purwo

Selain memiliki beberapa lokasi perkemahan, di beberapa pantai seperti di Pantai Trianggulasi dan kawasan Plengkung atau G-Land juga telah tersedia penginapan. Bahkan di kawasan G-Land saat ini telah memiliki beberapa cottage bagi para peselancar yang dibangun dengan nuansa yang alami dan menyatu dengan alam. Bahan-bahan bangunannya misalnya terdiri dari kayu, bambu, dan tali-temali dari ijuk. Tak hanya itu, suasana alami juga terlihat dari lampu minyak tanah yang dipakai, serta ruang tidur yang menyerupai gerobak sapi tempo dulu. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, Penginapan yang diperuntukkan bagi para peselancar dunia ini dihargai sekitar 30 US Dollar per malam. Jika Anda menginginkan penginapan yang lebih sederhana, terdapat beberapa wisma tamu di Pos Rawa Bendo seharga Rp 100.000 per malam. Selain itu, di sekitar Pos Rawa Bendo juga terdapat beberapa warung makan (Januari 2009).

Wisata Indonesia Surga Dunia
Bagi wisatawan yang memerlukan informasi lebih rinci dapat menghubungi kantor Balai Taman Nasional Alas Purwo, di Jalan Achmad Yani no. 108 Banyuwangi 68416, Jawa Timur. Anda juga dapat menghubungi kantor tersebut melalui saluran

PULAU MERAH BANYUWANGI

PULAU MERAH BANYUWANGI
BANYUWANGI - Pulau Merah adalah sebuah pulau berbentuk bukit kecil dekat pantai dengan pantai berpasir putih sepanjang kurang lebih 3 km.

Pantai Pulau Merah terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Banyuwangi ke arah selatan. Perjalanan yang membutuhkan waktu dua setengah jam.

Sebagian kawasan pantai Pulau Merah berada di kaki Gunung Tumpang Pitu, yang menjulang ratusan meter, yang juga merupakan kawasan hutan lindung
Pantai Pulau Merah juga memiliki ombak yang bagus untuk surfing. Ketika laut surut, para pengunjung dapat mengunjungi tempat ini dengan berjalan kaki menikmati eunikan berupa gunung kecil yang berada ditengah pantai yang warna tanahnya berwarna merah, karena itu dinamakan pantai Pulau Merah

Di sebelah timur pantai terdapat pegunungan, yang konon kabarnya mempunyai kekayaan alam yang tersembunyi. ke sebelah selatan pulau kita dapat menikmati indahnya sunset di sore hari. +- 50 meter ke barat terdapat pelabuhan pelelangan ikan yang cukup besar.

Pantai pancer pada tahun 1996 pernah terjadi bencana alam yang sangat besar yaitu Tsunami, Tak sedikit warga pantai Pulau Merah yang menjadi korban saat itu, namun,  keindahan pulau merah kembali pulih dengan ciri khasnya yang mungkin satu-satunya di banyuwangi.

Di area ini, dekat dengan pantai, ada pura yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk penyelenggaraan upacara Mekiyis, yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat Hindu. 

G-LAND BANYUWANGI


G-LAND BANYUWANGI















pantai Plengkung atau sering disebut G-Land di Banyuwangi memiliki ombak yang sangat dasyat sehingga cocok untuk turis yang suka selancar
Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Propinsi Jatim.
Di sebelah utara berbatasan dengan Situbondo,
sebelah barat berbatasan dengan Jember dan Bondowoso,
sebelah timur Selat Bali dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.














Banyuwangi memiliki keragaman pemandangan alam, kekayaan seni dan budaya
serta adat tradisi.















Banyuwangi akan menjadi saingan berat pariwisata bagi Bali.
Segitiga Berlian yang merupakan ikon pariwisata itu tidak ditemukan
keberadaannya di daerah lain dan akan menjadi daerah tujuan wisata nasional
Pantai Plengkung yang dikenal sebagai pantai terbaik untuk surfing (olahraga selancar air)
di dunia. Nama Plengkung juga sering disebut G-Land, huruf G berasal dari kata Grajagan-
nama dari sebuah teluk yang memiliki ombak besar. Plengkung dikelilingi oleh hutan
hujan tropis yang masih alami.

Pantai Plengkung (Banyuwangi, Jawa Timur) ... memiliki panorama ... selancar air
(surfing) tingkat internasional


G-Land Surfing Indonesia
How to get there?
  1. From Bamyuwangi to Kalipahit (35 km) by bus, Kalipahit to Pasaranyar (3 km) rent a car or motorcycle, Pasaranyar to Trianggulasi (12 km) by car, Trianggulasi – Pancur – Plengkung (7 km).
  2. Banyuwangi – Benculuk (35 km) by bus, Benculuk – Grajagan (18 km) by bus, Grajakan – Plengkung by speed boat.
G-Land Surfing Indonesia

Pantai Grajagan

Pantai Grajagan terletak kurang lebih52 km ke arah selatan dari Kota Banyuwangi.Jawa Timur. Posisi pantainya yang strategis membuatnya menjadi pintu gerbang menuju ke Plengkung. Disekitar Pantai Grajagan banyak terdapat goa buatan yang terletak pada ketinggian sehingga kita dapat mengawasi seluruh kawasan.
Sepanjang pantai selatan Banyuwangi memang menjanjikan keindahan alamnya yang tiada tara terutama deretan gunung-gunung, perkebunan, pantai, dan lautan yang terbentang luas dari hamparan Samudera Hindia. Diantaranya pantai Grajagan,Plengkung dan pantai lainnya yang ada di TN Alas Purwo.

Grajagan sangat ideal sebagai tempat transit atau sebagai pintu gerbang untuk menuju ke pantai Plengkung. Disamping lokasinya tidak terlalu jauh untuk menuju ke TN Alas PurwoGrajagan juga sangat indah dan jauh dari kebisingan kota.

Dari Grajagan untuk menuju ke Plengkung dibutuhkan waktu sekitar dua jam dengan menyusuri pantai menggunakan perahu sewa, perjalanan itu ternyata hampir sama bila kita menggunakan mobil dengan melewati jalan darat. Hal itu disebabkan jalan makadam menuju ke TN Alas Purwo, kondisinya sangat buruk sekali.
Grajagan dapat menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin melancong ke TN Alas Purwodengan menggunakan perahu. Kawasan seluas 314 hektar ini berada di hutan KPHBanyuwangi Selatan, tepatnya di petak 111 BKPH Curahjati atau secara administratif pemerintahan terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Wanawisata ini dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri – Wisata, Benih dan Usaha lainnya (KBM-WBU) Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Di Wanawisata Grajagan, juga tersedia fasilitas berupa penginapan. Pengunjung yang ingin bermalam untuk menikmati keheningan alam dengan paduan deburan ombak yang menggebu tidak perlu khawatir, dilokasi wisata ini terdapat 10 kamar dan 2 rumah berbentuk bungalow yang menghadap kearah laut.

Tarifnyapun sangat variartif dan terjangkau antara 100 ribu – 150 ribu. Pelayanan di Wanawisata ini juga non stop selama 24 jam. Tetapi wisatawan yang datang di tempat ini kebanyakan hanya wisatawan lokal, jarang sekali turis bermalam disini, Namun demikian tempat ini tetap layak untuk dijadikan sebagai tempat transit bagi turis yang ingin ke Taman Nasional Alas Purwo, imbuhnya.Wanawisata Grajagan ini umumnya hanya rame dikunjungi pada hari libur saja, selain bisa menikmati keindahan pantai dengan paduan hutan ini,

pengunjung dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan pada pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Pemandangan lain yang bisa dinikmati disinimelihat deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan tiga gua Jepang yang menghadap kearah laut selatan, yang merupakan peninggalan tentara Jepang pada masa perang dunia kedua. Untuk menuju lokasi ini sangat mudah, jalannya sudah beraspal dan dapat ditempuh menggunakan mobil pribadi atau kendaraan umum hingga ke lokasi. Jika naik kendaraan umum dari arah Kota Banyuwangi bisa naik bus jurusan Jember atau sebaliknya, dan turun di Benculuk, dari Benculuk perjalanan dilanjutkan naik angkutan pedesaan sekitar 12 Km menuju.Pantai Grajagan.

Perjalanan yang menarik dari Grajagan ke Alas Purwo adalah menggunakan perahu sewa, utamanya menuju ke pantai Ngagelan yang merupakan tempat penangkaran penyu belimbing, abu-abu dan hijau. Tiap malam petugas disini selalu mencari telur penyu untuk ditetaskan, wisatawan yang sudah sampai di Ngagelan ini bisa melepas langsung penyu yang sudah siap dan waktunya dilepas ke laut lepas setiap saat. 

Desa Wisata Mangrove Bedul, Banyuwangi


 
Bedul, nama tempat wisata baru-baru ini yang berada di Banyuwangi Selatan, tepatnya di Dusun Bloksolo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo. Kawasan wisata Mangrove ini tergolong masih baru, karena baru dibuka. tepatnya sebelum Hari Raya Idul Fitri 2009 lalu walaupun belum dibuka secara resmi.
Kawasan wisata Bedul menawarkan wisata hutan mangrove yang masih alami. Untuk menuju ke Bedul, dari pusat Kota Banyuwangi anda bisa menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, baik menggunakan mobil atau motor, untuk rutenya sendiri dari Kota Banyuwangi anda bisa ke arah Rogojampi lalu Srono, melewati kota ikan Muncar, Pasar Sumberayu, Tegaldlimo, Jatirejo, Curah Jati dan akan baru sampai di pasar Sumberasri.

Selamat Datang di Bedul
Selamat Datang di Bedul
Melewati persawahan
Melewati persawahan
Melewati persawahan
Melewati persawahan
Melewati hutan jati
Melewati hutan jati
Dari pasar sumberasri anda ke arah Selatan mengikuti jalan yang sudah di aspal berjarak sekitar 8 Km. Sepanjang perjalanan anda akan  melewati hijaunya areal persawahan. Dan melewati Sedikit Hutan jati yang sudah gundul akibat penebangan membabi buta yang dilakukan oleh warga sekitar.
Untuk Mengelilingi Mangrove ini anda tidak perlu merogoh kocek terlalu banyak. Cukup Limabelas ribu saja untuk mengelilinginya dengan menggunakan perahu bersama dengan penumpang lain. Kapal-kapal ini bisa memuat sekitar 10 hingga 15 orang untuk sekali jalan. Walaupun udara di sini panas, namun menikmati hutan mangrove sembari diterpa sepoinya angin laut membuat panas yang menyengat tidak begitu terasa.
Naik perahu yuk
Naik perahu yuk
Hutan mangrove
Hutan mangrove
Mendung di Bedul
Mendung di Bedul
Indahnya mangrove
Indahnya mangrove
Indahnya laut Bedul
Indahnya laut Bedul
Santai di perahu
Santai di perahu
Perahu cepat
Perahu cepat
Perahu Bedul Raya
Perahu Bedul Raya
Waktu terbaik untuk menikmati Bedul adalah pagi hari, dimana udara masih belum begitu panas. Selain itu kicauan berbagai jenis burung yang terbang bebas membuat suasana pagi begitu sempurna di Bedul. 

info by : http://www.mlancong.com

Purwoharjo, Banyuwangi

Purwoharjo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, INDONESIA.

Ada 8 desa yang terletak di kecamatan Purwoharjo, yaitu:

  • Bulurejo
  • Glagah Agung
  • Grajagan
  • Karetan
  • Kradenan
  • Purwoharjo
  • Sidorejo
  • Sumbersari



Purwoharjo

Locator Kecamatan Purwaharja ing Kabupaten Banyuwangi.png























Peta lokasi Kecamatan Purwoharjo